Rafa
Senin, pertengahan Oktober.
Upacara sedang berlangsung saat aku masih berdiri di sebuah halte yang berjarak dua kilometer dari sekolahku. Aku tak percaya hujan akan turun diatas kepalaku dan tidak diatas lapangan berukuran 15x15 meter yang ditempati upacara pembuka awal senin. aku hampir saja berlari pulang dan memaki siapa saja yang membuatku berdiri di tempat ini. Sebelum akhirnya sebuah tangan yang kuingat sangat dingin menarikku ke bawah hujan, tangan yang halus yang bahkan tidak terlintas di otakku bahwa tangan itu adalah tangan sesosok cowok yang sedang memunggungiku . Seluruh tubuhnya basah kuyup, seragam putihnya begitu lusuh walau bersih, celana borju abu abunya sedikit kotor karena cipratan air yang berasal dari langkah sepatu cat putihnya. Dia tampan dan memiliki postur tubuh tinggi,bahkan memiliki bentuk wajah yang lancip seperti tokoh tokoh dalam anime yang ku sukai. anehnya lagi dia membuat aku lupa kalau aku tidak mengenal cowok dihadapanku itu. sampai akhirnya langkahnya berhenti di hadapan sebuah limosin hitam pekat yang sangat sempurna. membuat pandanganku sedikit kabur karena tidak begitu yakin dengan apa yang ku lihat. aku bahkan berfikir bahwa diriku sedang bermimpi.
"tok..tok..tok.."- oh GOD, aku tidak akan berfikir bahwa ini adalah kisah nyata. tangan kanan cowok itu masih menggenggam pergelangan tanganku,dingin. dan tangan kirinya sibuk mengetuk kaca jendela limosin dihadapan kami. sesaat diikuti dengan suara deheman laki laki paruh baya di balik kaca hitam itu, sebagian kacanya terbuka. menampakkan wajah angkuh dengan sebuah amarah yang membara di sana.
"ini cewek gue, bukannya lo bilang lo bakal berhenti ngelanjutin perjodohan bodoh itu setelah gue ngenalin dia?", sontak kata kata itu seperti petir yang menyambarku. kalau saja saat itu hujan berhenti, aku yakin petir itu masih menyambarku saat itu juga. dan bodohnya lagi, aku hanya mematung ditempatku sambil menatap cowok tampan yang mungkin sudah ku anggap gila. pasti aku benar benar bermimpi.
"pergilah, aku tidak peduli dengan hidup gila mu itu" lanjut cowok itu yang kemudian meninggalkan sebuah senyuman sinis dari laki laki dibalik kaca hitam. Ia menutup kaca jendelanya. dan dengan hitungan detik, mobil itu melaju perlahan lalu menghilang diantara derasnya hujan.
hening. bahkan aku bisa menatap serpihan keheningan dari punggung cowok itu. Perlahan dia melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tanganku. titik titik hujan masih menyiram tubuh kami. aku masih saja tak berkutik, tatapanku hanya melekat di wajah tampannya yang menyiratkan bahasa perih.
"sorry and thanks" dia membalikkan badannya sambil memberikan selembar uang seratus ribu ke tanganku. sesaat aku seperti Mendengar kilatan petir memekik telingaku - dan ternyata itu benar benar terjadi. tanpa komando aku meletakkan uang itu di saku bajuku dan berlalu dari hadapannya. sebenarnya aku ingin melemparkan uang itu ke wajahnya seperti adegan adegan dalam film romansa cinta yang kemudian dilanjutkan dengan adegan berlari sambil menunggu waktu agar dia ikut berlari mengejarku dan meminta maaf padaku. tapi itu terdengar sangat konyol untukku. Aku akan memanfaatkan uang itu untuk membeli film baru yang sedang ku buru.
"Gue Dirga" aku menoleh sesaat dan tersenyum - berlagak seperti pemeran wanita yang terhormat lalu aku meneruskan langkahku. kalau ini sebuah novel cinta, aku yakin aku dan dia akan bertemu dan berjodoh. tapi ini kisahku, bukan cerita dalam film ataupun novel cinta yang selalu kubaca. Mungkin saja tidak ada kesempatan kedua untuk bertemu dengannya lagi hingga Akhirnya aku memilih untuk berhenti dan berusaha berpaling kearah cowok tampan itu. dan *oh -GOD" dia sudah berlalu dan berjalan ke arah cewek yang berdiri di sebrang jalan. ini seperti malapetaka dadakan untukku. aku terlempar dari peran utamaku sebagai cewek yang beruntung. Dan – Dirga, aku yakin aku akan bersanding disampingnya suatu saat nanti.
Aku - Rafa
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:
Post a Comment