Tuesday, November 15, 2011

HURT IS . . .

 
     Sebuah kota terpencil menggulirkan ribuan kisah hidup yang terdengar begitu indah. tapi kisah itu tidak berlaku untuknya. Gadis yang berdiri dalam balutan seragam Sekolah menengah atas di pinggir jalan. Hidupnya tidak seindah kebanyakan orang yang bisa tertawa dan menghabiskan sebagian waktunya di kafe mahal ataupun mall di pelataran kota kota besar. Sesekali Ia melirik sebuah jam tangan putih di pergelangan tangannya, bukan sebuah jam tangan mahal bermerek yang biasa terpampang di balik kaca kaca persegi di sebuah toko jam tangan.
Sudah lima menit Ia berdiri menunggu angkot kumuh yang selalu di penuhi bau asap rokok. hingga akhirnya sebuah angkot berbadan besar dengan beberapa orang di dalamnya berhenti dihadapan gadis itu . gadis manis yang biyasa ku panggil dengan sebutan Hana. nama yang pas untuknya – yang mengambarkan sosoknya yang lemah namun tegar.
       Hana memang terlihat berbeda denganku yang selalu hidup manja dan nyaman. tidak ada waktu baginya untuk bermanja manja ataupun bermalas malas seperti aku. dia harus melakukan berbagai pekerjaan rumah dan belajar dengan sungguh sungguh untuk menghargai jerih payah orang tuanya yang memiliki kesulitan ekonomi. dia adalah gadis yang tergolong pintar, gadis yang mengajariku untuk lebih menghargai hidup dan lebih menghargai diri sendiri. Seorang Hana yang ku sayang.

     - HURTHURTHURT -

       Aku duduk di kelas dua Sekolah menengah atas saat Hana lulus dan memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. itu karena tidak adanya biaya untuk pendidikan. jangankan untuk biaya sekolah, untuk makan sehari hari saja cukup sulit bagi keluarganya. sesuatu yang membuatku lebih belajar untuk menghargai hidup jika bermalam di rumahnya beberapa hari. membuat ku sedikit miris dan sakit.
       "Aku bukan gadis lagi, Nara" dia membuka pembicaraan di sebuah malam yang begitu sunyi. aku hanya berusaha tersenyum sambil menatap sebuah senyum yang merekah diwajahnya.
       "Aku mencintai laki laki itu, dan berharap bisa menjadi istrinya" aku senang bisa melihat senyum diwajahnya. tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali mendoakannya agar segera menikah dengan laki laki yang membuatnya melayang entah kemana.
       "tapi...." dia memotong hayalan panjangnya yang disusul dengan sebuah wajah kecewa yang terlihat di kedua bola matanya. "Aku sudah tidur dengan seorang lelaki sebelum bersamanya. aku tidak yakin dia akan meminangku dengan sungguh sungguh. dan kau pasti tahu, aku hanya seorang gadis biyasa, sedangkan dia?". Hana menghentikan kata katanya, menatap langit langit hampa yang dipenuhi oleh sarang laba laba. entah sudah berapa banyak laba laba yang menjadikan atap rumahnya bak istana. tidak ada pembicaraan lagi diantara kami, hanya pikiran pikiran berkabut yang menghujam kepalaku. aku hanya bisa membungkam dalam diam, tidak ada yang bisa dilakukan seorang Nara kecuali menjadi pendengar setia untuknya.

-HURTHURTHURT-

      Langit menampakkan titik titik putih yang berhamburan di atas hitam. mereka biyasa menyebutnya dengan bintang, walau aku sering menyebut titik titik putih itu sebagai teman. teman yang menggantikan Hana jika aku tidak lagi bermalam dirumahnya. 
     Aku tidak lagi mendengar kabar apapun dari Hana karena dia mulai sibuk bekerja di sebuah toko kain. walau terkadang perasaan khawatir selalu datang dalam hidupku yang terasa semakin gelap. seorang laki laki yang kupercaya memintaku untuk membuktikan perasaanku padanya. sungguh busuk akalnya saat bibir manisnya meminta harga diriku ini. aku tidak sedikitpun tergoda dengan sikap liciknya itu, tidak juga terpesona dengan wajah tampan yang membuat gadis gadis lain ingin tidur bersamanya. karena tidak sedikitpun dalam hatiku terbersit rasa sayang ataupun hal semacam cinta atau bualan. Aku tidak percaya dengan hal semacam itu, karena rasanya terlalu menyakitkan.
       Selang beberapa waktu, Hana berkunjung kerumahku. tidak ada senyum ataupun perasaan bahagia yang tergambar di wajahnya. membuatku sangat menghawatirkannya. 
       "Orang tuanya tidak setuju dengan hubungan kami Na..." - dia mengucapkan kata kata itu tepat saat setetes air matanya jatuh. bukan karena hubungan itu. tapi karena sesuatu yang berbeda saat ia memegang perutnya. perlahan membuatku mengerti tentang seberapa jauh hubungan Hana dengan lelaki kurang ajar yang selalu disanjungnya. Apa yang bisa diharapkan dari hubungan yang berakhir seperti itu kecuali laki laki kurang ajar yang dicintainya menikahinya.
Tapi keberuntungan tidak lagi berpihak pada Hana. dia menangis di atas kasurku, mengucapkan beberapa kalimat yang menusuk tepat dihatiku. Bahwa tidak akan ada pernikahan dan hanya satu jalan keluar yang akan ditempuhnya, menggugurkan kandungannya. karena cinta, karena dia mencintai laki laki itu. aku bisa melihat sebilah pisau perih yang menusuk hatinya berkali kali. dia bilang itu CINTA, apakah sejahat itu sebuah rasa yang Ia namakan cinta. oh Tuhan - aku benar benar tidak mengerti.

-HURTHURTHURT-

         Rumah Hana terlihat sangat sepi, tidak ada seorangpun yang ku lihat saat memasuki rumah itu. namun tidak ada yang membuatku menyerah untuk mencari Hana dari kamar satu ke kamar lainnya, hingga mataku terbentur pada sosoknya yang tidur diatas kasur dengan posisi menekuk perutnya, darah di celana tiga perempatnya terlihat, dia merintih perlahan lalu menatapku dengan senyum yang dipaksakan.
        "sakit?" aku mencoba mencari cara untuk menghiburnya. tanpa Ia menjawab pertanyaan konyolku, aku yakin jawabannya akan sama dengan pertanyaanku. dia mengangguk perlahan, menyuruhku untuk duduk disampingnya. tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali duduk disampingnya dan membantunya melewati semua itu. Saat melihat Hana dengan segumpal sakit yang dipikulnya, membuatku semakin membenci sosok lelaki yang kebanyakan dipuja puja oleh wanita. sesuatu yang membuka mataku perlahan, membuatku semakin menyayangi Hana yang selalu tertatih dalam lorong gelap.
        Terkadang Aku tidak peduli dengan omongan buruk orang orang tentang dia. aku selalu senang berjalan disampingnya walau terkadang aku terlihat buruk dan kejam saat memilih untuk tidak menemuinya karena takut dengan perjalanan hidupnya yang gelap, aku takut jatuh kejurang yang sama. yang sama kulakukan setengah tahun perjalanan hidupku di tahun kedua sekolah menengah atas. sampai hal itu menjadi keputusan akhirku setelah lulus dari masa masa sekolah.

-HURHURTHURT-

        Waktu berlalu dengan begitu cepatnya hingga tanpa sadar membawaku ke sebuah perguruan tinggi negri dikota yang jauh dari tempat Hana. aku senang bisa meneruskan pendidikanku yang tidak kebanyakan orang bisa menikmatinya. beberapa waktu lalu Hana menemuiku. dan aku sedikit merasa hancur saat dia menunjukkan kandungannya yang telah berumur empat bulan, dengan laki laki yang sangat kurang ajar. sangat amat kurang ajar karena tidak ingin bertanggung jawab atas kelakuannya yang busuk itu. laki laki kedua yang menghancurkan Hidup orang yang kusayangi ini. tapi aku tersenyum lega karena Hana tidak akan menggugurkan kandungannya lagi, Aku bisa melihat senyum kasih sayang yang terpancar dimatanya saat mengelus perutnya. tidak ada yang tahu tentang kabar ini dikeluarganya. sengaja dirahasiakannya karena tidak ingin membuat ibunya tergoncang karena keadaan Hana.
            Aku selalu memintanya untuk menghubungiku jika terjadi sesuatu dengan dirinya ataupun kandungannya. Walau saat di kota lain, aku kehilangan nomer teleponnya dan keluarganya. Terpaksa aku akan menghampirinya saat liburan kuliah.
            Selang beberapa bulan, ayahku mengabarkan kehamilan Hana. Itu artinya semua orang tahu, Hana melahirkan bayi perempuan yang lucu. Aku langsung menemui bayi itu bersamanya di sebuah desa terpencil di ujung kota. Anak yang diambil asuh oleh keluarga lain, dengan alasan akan membuat anak itu kecewa jika mengetahui bahwa dirinya terlahir tanpa seorang Ayah. Hana tersenyum menceritakan betapa miripnya anak itu dengan laki laki yang harusnya menjadi ayahnya. Bukankah terlihat jelas, bahwa Hana adalah sosok yang amat tegar, yang selalu mampu melewati semua rasa sakit dalam hidupnya, sendirian.
-HURTHURTHURT-
           Hujan turun cukup deras sore hari ini. Setelah melewati liburan dirumah. Aku sedikit merindukan sosok Hana. Aku hanya bertemu dengannya sekali, dan dengan pertemuan yang begitu singkat. Beberapa waktu saat aku kerumahnya dia tidak lagi tinggal disana. Ibunya mengatakan tentang perihalnya keluar kota dan bekerja disana.
            Hingga hari itu terjadi, saat ponselku berbunyi. Saat tiba tiba Ibuku mengabari tentang kejadian buruk yang menimpa Hana. Kabar yang membuatku tidak percaya sampai saat ini. Kabar yang menghantam ulu hatiku dengan keras. Sebuah kabar Bahwa Hana telah tiada. Hana yang kusayang, yang selalu tegar sudah kembali padaNYA – yang mengajarkanku pelajaran hidup yang begitu penting. Mengajarkanku untuk lebih menghargai diri sendiri.
Terima kasih  – Dari sosok Nara dengan segenap rasa sayang untuk Hana.
-THE END-
“Bisakah kalian membantu mengirimkan doa untuk seorang Hana yang selalu Nara sayangi? – doa tulus untuknya yang selalu mengajarkan wanita wanita di negri ini untuk lebih berhati hati dalam mengarungi kerasnya hidup. “Semoga Semua Dosanya diampuni, dan Amal ibadah dan kebaikannya di terima disisi Allah SWT”.Amin.”

aku yakin, hana tidak ingin kejadian buruk dalam hidupnya menimpa gadis lain. tidak untuk saat ini dan seterusnya -

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Post a Comment