(Aku membaca lebih teliti dari biyasanya – buku sihir pemberian Dad lima tahun yang lalu – di white cafe – tempat terakhir yang selalu kunjungi di akhir minggu.)
“Sometimes I Will get it, Dad” Aku menarik buku itu lebih dekat. Kedua tanganku menggenggam pinggiran buku sambil mengucapkan kata kata terakhir yang tertulis dalam kamus sihir yang jatuh turun-temurun dari keluarga Dad.
“Read me, know me, show me, and get me” kata itu yang tertulis. Tiba tiba saja aku merasakan anging berhembus memainkan helai-helai rambutku dengan cepat. Seperti sesuatu yang datang dan merasuk ke pembuluh darahku , terasa hangat mengalir diantara darahku hingga kesekujur tubuhku. Seperti kekuatan yang lain – yah, kekuatan yang harus kudapatkan.
“Apa kau baik-baik saja?” Seorang laki laki tinggi dengan sweater putih polos dan celana jeans hitam panjang berdiri disampingku. Syal hitam melingkar dilehernya, dan kaca mata hitam besar bertittle anak keren menutup kedua bola matanya yang kelam seperti langit malam. Rambut halusnya yang hitam jatuh hingga lehernya dan terlihat pas dengan wajahnya yang tidak tampan, tapi keren.
“Hey, apa kau baik-baik saja?” Aku tersontak membenarkan kaca mata minusku dan sedikit merasakan sesuatu yan berbeda, benar benar berbeda.
“Apa aku mengenalmu?” pertanyaan bodoh.
“Aku rasa, mungkin. Apa kau baik-baik saja?” itu pertanyaan yang ketiga yang meluncur dari mulutnya. Aku rasa aku harus menjawabnya dengan sikap yang wajar.
“Yeah, I’am OK”, aku mengedipkan sebelah mataku dan beranja
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO





