Ron tertegun sesaat, mengeja tulisan will dalam lembaran pertama dalam agenda ditangannya. Lalu membuka lembaran berikutnya.
Hujan.
“Gue selalu berharap bisa duduk disamping lo seperti dulu”
Gee, lihat soda dihadapanku. Bukankah kau yang mengajariku menyukai hujan dan minuman soda? Walau kau tahu aku membencinya. Gee , kau memang wanita yang kejam.
Ron menghela napas sejenak. Menutup agenda putih ditangannya. Pikirannya melayang pada wajah Gee saat menatapnya penuh arti. Dia mulai mengerti semuanya sekarang, sambil meneguk kopi hangat dalam cangkir putih dihadapannya, Ron bangkit. Will masih menggenggam gitar kesayangannya di teras rumah. Walau tidak ada hujan dan segelas soda untuk saat ini. Ron menatap punggung kembarannya itu dari balkon. Tidak ingin mengganggunya ataupun meluapkan kekesalannya karena menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya. Hanya saja Ron tahu apa yang harus ia lakukan untuk Will. Ia tahu apa yang terbaik untuk saudaranya.Untuk seorang Will yang tidak pernah merasa bahagia.
Gue tahu lo sadar, Gee
Sifat Egoismu yang gak pernah bisa terima semuanya. Dan gue, WILL gak pernah berniat buat bohongin “kamu” sedikitpun. Lihat mata gue, lihat ke arah gue. Apa gue patung? –
Gue “Will” emang INVISIBLE banget buat “kamu”.
***
Will tahu hujan tidak akan turun hari itu. Ia meraih gitarnya tanpa segelas soda. Dia tahu bahwa hujan dan segelas soda tidak akan mengembalikan apapun. Kecuali hanya segores perih. Orang tua yang selalu sibuk dengan tumpukan file perusahaan mereka yang bahkan tidak peduli dengan anak kembar lelakinya ataupun kembarannya yang sibuk menghabiskan waktunya berkencan dengan gadis-gadis populer disekolah. Dia kesepian, hanya itu.
Will terdiam sejenak, meraih ranselnya lalu bergegas kearah gerbang. Mungkin sudah saatnya Gee mengetahui kenyataan itu.
“Ron, kalau saja lo ngerti. Bukan gue yang sok misterius, tapi lo yang gak peduli sama gue. Bahkan lo tahu gue jauh lebih tampan dari lo, gue tahu lo bakal meringis saat mengakui saudara kembarmu yang jauh lebih tampan. Dan satu lagi, Gue bakal kasih lo bogem kalau cewek sebaik gee lo embat juga – tapi gue yakin lo gak suka cewek baik-baik. hehe”
Gue sayang lo – Ron.
Ron menutup lembaran terakhir agenda putih Will. Dengan cepat tubuhnya berlari menghapiri Will yang masih mematung di depan gerbang rumah. Dia tahu apa yang harus dilakukannya sekarang, Dia akan menemani Will. Walau harus menelan pahit karena harus mengakui bahwa Will memanglah lebih tampan darinya. Sambil terbahak Ia berlari memeluk pundak Will.
***
Gee merapikan kembali kertas lusuh yang Ia remas kemarin. Tidak ada kata spesial atau kalimat bualan dan rayuan didalamnya. Bahkan laki-laki yang menulis surat itu tidak bisa bersikap manis sedikitpun. Dia menatap lekat-lekat barisan tinta hitam diatasnya lalu meremasnya lagi hingga membentuk bola kertas. Melemparnya pada dinding kamarnya lagi dan lagi, begitu berulang-ulang. Hingga tangannya terhenti saat sebuah pesan membuat suara avril mengalun pelan – wish you were here.
Sepulang sekolah di depan gerbang,
bawakan aku segelas soda tanpa campuran susu.
Gee menatap lekat-lekat pesan yang tertulis di layar handphonenya, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari biyasanya. Tubuhnya dengan cepat beranjak dan meraih bola kertas yang Ia lemparkan tanpa ampun, membaca tulisan yang tertulis didalamnya, sekali lagi.
Hey, berikan aku segelas soda jika kau menemukanku kembali.
Tunggu aku.
-Hujan-
Gee terdiam. Entah kenapa seorang pembenci hujan bahkan mengatakan dirinya adalah hujan karena ulah Gee. Mungkin banyak hal yang membuat hujan adalah keinginan yang selalu ia tunggu. Mungkin hari esok adalah jawaban dari hujan, Gee selalu berharap hujan yang sama seperti hujan yang mempertrmukannya dengan Ron beberapa tahun silam.
Walau jauh dalam hatinya, Ia memilih Will jika harus memberi jawaban. Sorot mata Will, hanya saja Ia takut mengakuinya. Takut untuk menyadari bahwa Ron yang selama ini Ia percaya tlah membohonginya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:
Post a Comment