Friday, December 21, 2012

Fly To JOGJA




[Fly to Jogja]
"Take on, you take me, and all made me take you find me"

    Sekotak cokelat valentine tahun ini sedikit membuat vay mabuk darat. why not?. Roy memasukkan lima kotak cokelat selama lima hari berturut-turut di laci mejanya. Vay hanya menatap penuh benci pada laki-laki yang sudah tiga tahun mengejarnya tanpa lelah. Laki-laki tampan yang menyebalkan. Roy bisa mendapatkan tiga cewek sekaligus dalam satu minggu dan satu-persatu dia lempar bagai sampah hingga tidak tersisa. Lalu Vay akan menemukan laki-laki itu dengan cewek yang lain yang sama cantiknya dan sama bodohnya dengan cewek-cewek sebelumnya.
      "Apa kamu senang?" Vay memutar otaknya. Pertanyaan Roy pagi itu tidak lebih terdengar seperti sebuah ejekan singkat baginya. Dan, tidak ada kata-kata penyambung atau hal lainnya selain senyum singkat dan aroma mint sesaat yang menghilang setelah beberapa detik menusuk hidung Vay.
      "Apa Roy mengejekku?" Vay menatap Mia teman sebangkunya. Mia menggelengkan kepalanya berkali-kali lalu memegang kedua pundak Vay.
     "Vay Sayang, Roy jelas-jelas menyukaimu sejak kita kelas satu" Mia mengambil lima kotak cokelat dalam laci Vay. Dan melanjutkan kata-katanya.
      "Dan semua orang tahu, kalau satu-satunya hal yang membuat Roy menjadi playboy adalah    kamu. Dan kamu malah tidak menyadarinya"
       Vay terdiam sesaat, memikirkan setiap kata yang diucapkan Mia. Jejeran cokelat di dalam laci
tahun ini. Sepuluh tangkai mawar putih yang terikat rapi tahun lalu. Dan sebuah amplop merah didalam kotak penuh cokelat dua tahun lalu. Dan puluhan cewek cantik setiap tahun. Vay menatap sosok Roy, tidak ada ekspresi peduli dari laki-laki itu. Roy hanya tertawa diantara teman bandnya tanpa melirik Vay sedikitpun. Dia meringis kaku di tempat duduknya, masih menatap Roy dengan tatapan penuh selidik.
[Fly to JOGJA]
    February sudah berlalu tanpa hujan ataupun angin. Tapi tidak ada yang berubah untuk perasaan Roy sejak perempuan manis di pertengahan MOS membuatnya tersipu malu. Roy ingat saat dirinya meyakinkan hatinya berbulan-bulan untuk menyatakannya pada Vay, perempuan itu malah dekat dengan Doni sang ketua OSIS lalu pacaran setelah hitungan hari. Roy hanya bisa mengagumi sosok Vay dari jauh, walau tanpa sadar harus memikirkan kado valentine apa yang tepat untuk Vay setiap tahunnya. Dan semua orang tahu, bahwa si populer Roy menyukai Vay diam-diam. Hanya karena tidak ingin mengusik hidup Vay dengan Gosip pasaran yang membuatnya kesal, Roy memilih untuk mendekati cewek-cewek cantik yang tertarik padanya. Sampai saat dimana tidak satupun dari mereka bisa membuat hatinya berdetak keras seperti apa yang dilakukan Vay padanya.
      "Apa kau senang" Beberapa hari lalu Roy memberanikan diri berbicara pada Vay.  Roy menatap Vay dalam-dalam. Dan Vay hanya memberi tatapan tidak peduli untuk yang kesekian kalinya. Dia memaki dirinya dalam hati karena harus datang pagi-pagi buta untuk meletakkan lima kotak cokelat yang Ia beli semalam. Sebelum Vay menjawab, Roy hanya bisa berlalu karena Ia tahu Vay akan mengejek sikapnya yang aneh seperti tahun-tahun sebelumnya.
     "Katakan saja kalau kamu memang menyukai dia" Doni merangkul tubuh Roy, mereka bersahabat setelah Vay memutuskan Doni tanpa alasan. "Karena kamu yakin Vay akan menolakku mentah-mentah?" Roy meringis perlahan, Dia menepuk-nepuk dadanya berkali-kali. Vay masih duduk di bangkunya, masih semanis dulu di mata Roy. "Aku tidak ingin patah hati secepat ini", Roy teduduk lemas sambil memainkan agenda hitam ditangannya.
    "Aku sarankan kamu mengatakannya, kita sudah Ujian akhir Roy. Sebentar lagi kita akan melanjutkan hidup masing-masing, itupun kalau kamu tidak ingin melanjutkan studimu" Doni menepuk-nepuk pundak Roy berkali-kali. Roy hanya menatap agenda hitam digenggamannya, mungkin ada saat dimana Vay harus mendengar pengakuannya secara langsung.
[Fly to JOGJA]
     Vay membuka payung ditangannya. Gerimis sejak pagi tadi masih tidak berhenti membasahi tanah Jogja. Walau sudah sebulan sejak kelulusan Sekolah Ia merantau ke kota itu, bayangan Roy di acara kelulusan masih membekas di ingatannya. Mia dan Doni bilang, Roy akan mengatakan perasaannya hari itu. Seharusnya Ia tidak terlalu berharap laki-laki seperti Roy akan benar-benar melakukan itu untuk perempuan biasa sepertinya. Dan itu terlalu menyakitkan, mengingat Roy hanya mengucap salam perpisahan dan menghilang begitu saja tanpa kabar lebih lanjut. laki-laki menyebalkan, kenapa tidak sejak awal dia mengatakannya. Harusnya dia mengatakannya lebih cepat sebelum Doni, bodoh. Vay bergumam dalam hati, Sambil menjelajahi hujan Ia berharap Roy akan berada di tempat yang sama dan di bawah hujan dengan seikat bunga mawar putih di tangannya.

    "Hey" Vay menghentikan kakinya. Sebuah tangan mengambil payungnya cepat. tetes demi tetes hujan menyentuh kulitnya. 
"Masih merindukan seikat mawar putih dariku?" Vay tersontak kaget. Roy berdiri di hadapannya. Tubuhnya basah karena hujan. "Cepat ambil Vay, aku sudah basah kuyup gara-gara mencari toko bunga terdekat sebelum menemuimu" Roy tersenyum lagi. Vay terdiam, berusaha mengatur laju jantungnya yang cepat. "Terima kasih" dengan suara parau Vay tersenyum. Roy mengambil nafas dalam-dalam, sambil menutup mata, dia berbisik perlahan di telinga Vay
      "Thanks to take my heart, Vay. will you take my heart too?" Vay mengangguk pelan. Gerimis di Jogja masih turun, membasahi tubuh mereka dengan senyuman.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Post a Comment