[Fly to Jogja]
"Take on, you take me, and
all made me take you find me"
Sekotak cokelat valentine
tahun ini sedikit membuat vay mabuk darat. why not?. Roy memasukkan lima
kotak cokelat selama lima hari berturut-turut di laci mejanya. Vay hanya
menatap penuh benci pada laki-laki yang sudah tiga tahun mengejarnya tanpa
lelah. Laki-laki tampan yang menyebalkan. Roy bisa mendapatkan tiga cewek
sekaligus dalam satu minggu dan satu-persatu dia lempar bagai sampah hingga
tidak tersisa. Lalu Vay akan menemukan laki-laki itu dengan cewek yang lain
yang sama cantiknya dan sama bodohnya dengan cewek-cewek sebelumnya.
"Apa kamu
senang?" Vay memutar otaknya. Pertanyaan Roy pagi itu tidak lebih
terdengar seperti sebuah ejekan singkat baginya. Dan, tidak ada kata-kata
penyambung atau hal lainnya selain senyum singkat dan aroma mint sesaat yang
menghilang setelah beberapa detik menusuk hidung Vay.
"Apa Roy mengejekku?"
Vay menatap Mia teman sebangkunya. Mia menggelengkan kepalanya berkali-kali
lalu memegang kedua pundak Vay.
"Vay Sayang, Roy
jelas-jelas menyukaimu sejak kita kelas satu" Mia mengambil lima kotak
cokelat dalam laci Vay. Dan melanjutkan kata-katanya.
"Dan semua
orang tahu, kalau satu-satunya hal yang membuat Roy menjadi playboy
adalah kamu. Dan kamu malah tidak menyadarinya"
Vay terdiam
sesaat, memikirkan setiap kata yang diucapkan Mia. Jejeran cokelat di dalam
laci
tahun ini. Sepuluh tangkai mawar putih yang terikat rapi tahun lalu. Dan sebuah amplop merah didalam kotak penuh cokelat dua tahun lalu. Dan puluhan cewek cantik setiap tahun. Vay menatap sosok Roy, tidak ada ekspresi peduli dari laki-laki itu. Roy hanya tertawa diantara teman bandnya tanpa melirik Vay sedikitpun. Dia meringis kaku di tempat duduknya, masih menatap Roy dengan tatapan penuh selidik.
tahun ini. Sepuluh tangkai mawar putih yang terikat rapi tahun lalu. Dan sebuah amplop merah didalam kotak penuh cokelat dua tahun lalu. Dan puluhan cewek cantik setiap tahun. Vay menatap sosok Roy, tidak ada ekspresi peduli dari laki-laki itu. Roy hanya tertawa diantara teman bandnya tanpa melirik Vay sedikitpun. Dia meringis kaku di tempat duduknya, masih menatap Roy dengan tatapan penuh selidik.
[Fly to JOGJA]
February sudah berlalu tanpa
hujan ataupun angin. Tapi tidak ada yang berubah untuk perasaan Roy sejak
perempuan manis di pertengahan MOS membuatnya tersipu malu. Roy ingat saat
dirinya meyakinkan hatinya berbulan-bulan untuk menyatakannya pada Vay,
perempuan itu malah dekat dengan Doni sang ketua OSIS lalu pacaran setelah
hitungan hari. Roy hanya bisa mengagumi sosok Vay dari jauh, walau tanpa sadar
harus memikirkan kado valentine apa yang tepat untuk Vay setiap tahunnya. Dan
semua orang tahu, bahwa si populer Roy menyukai Vay diam-diam. Hanya karena
tidak ingin mengusik hidup Vay dengan Gosip pasaran yang membuatnya kesal, Roy
memilih untuk mendekati cewek-cewek cantik yang tertarik padanya. Sampai saat
dimana tidak satupun dari mereka bisa membuat hatinya berdetak keras seperti
apa yang dilakukan Vay padanya.
"Apa kau
senang" Beberapa hari lalu Roy memberanikan diri berbicara pada Vay.
Roy menatap Vay dalam-dalam. Dan Vay hanya memberi tatapan tidak peduli untuk
yang kesekian kalinya. Dia memaki dirinya dalam hati karena harus datang
pagi-pagi buta untuk meletakkan lima kotak cokelat yang Ia beli semalam.
Sebelum Vay menjawab, Roy hanya bisa berlalu karena Ia tahu Vay akan mengejek
sikapnya yang aneh seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Katakan saja kalau
kamu memang menyukai dia" Doni merangkul tubuh Roy, mereka bersahabat
setelah Vay memutuskan Doni tanpa alasan. "Karena kamu yakin Vay akan
menolakku mentah-mentah?" Roy meringis perlahan, Dia menepuk-nepuk dadanya
berkali-kali. Vay masih duduk di bangkunya, masih semanis dulu di mata Roy.
"Aku tidak ingin patah hati secepat ini", Roy teduduk lemas sambil
memainkan agenda hitam ditangannya.
"Aku sarankan kamu
mengatakannya, kita sudah Ujian akhir Roy. Sebentar lagi kita akan melanjutkan
hidup masing-masing, itupun kalau kamu tidak ingin melanjutkan studimu"
Doni menepuk-nepuk pundak Roy berkali-kali. Roy hanya menatap agenda hitam
digenggamannya, mungkin ada saat dimana Vay harus mendengar pengakuannya secara
langsung.
[Fly to JOGJA]
Vay membuka payung
ditangannya. Gerimis sejak pagi tadi masih tidak berhenti membasahi tanah
Jogja. Walau sudah sebulan sejak kelulusan Sekolah Ia merantau ke kota itu,
bayangan Roy di acara kelulusan masih membekas di ingatannya. Mia dan Doni
bilang, Roy akan mengatakan perasaannya hari itu. Seharusnya Ia tidak terlalu
berharap laki-laki seperti Roy akan benar-benar melakukan itu untuk perempuan
biasa sepertinya. Dan itu terlalu menyakitkan, mengingat Roy hanya mengucap
salam perpisahan dan menghilang begitu saja tanpa kabar lebih lanjut. laki-laki
menyebalkan, kenapa tidak sejak awal dia mengatakannya. Harusnya dia
mengatakannya lebih cepat sebelum Doni, bodoh. Vay bergumam dalam hati,
Sambil menjelajahi hujan Ia berharap Roy akan berada di tempat yang sama dan di
bawah hujan dengan seikat bunga mawar putih di tangannya.
"Hey" Vay
menghentikan kakinya. Sebuah tangan mengambil payungnya cepat. tetes demi tetes
hujan menyentuh kulitnya.
"Masih merindukan seikat mawar putih
dariku?" Vay tersontak kaget. Roy berdiri di hadapannya. Tubuhnya basah
karena hujan. "Cepat ambil Vay, aku sudah basah kuyup gara-gara mencari
toko bunga terdekat sebelum menemuimu" Roy tersenyum lagi. Vay terdiam,
berusaha mengatur laju jantungnya yang cepat. "Terima kasih" dengan
suara parau Vay tersenyum. Roy mengambil nafas dalam-dalam, sambil menutup
mata, dia berbisik perlahan di telinga Vay
"Thanks to
take my heart, Vay. will you take my heart too?" Vay mengangguk pelan.
Gerimis di Jogja masih turun, membasahi tubuh mereka dengan senyuman.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:
Post a Comment